Minggu, 01 Oktober 2017

SISTEM IRIGASI DAERAH JELUTUNG KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI.



Dalam tugas penulisan dan presentasi saya mengambil topik penulisan tentang
RENCANA DRAINASE DAERAH JELUTUNG KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI.


BAB I

1.2    LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan  terhadap  ruang  dan  lingkungan  untuk  kebutuhan  perumahan kawasan  jasa/industry  yang  selanjutnya menjadi kawasan  terbangun. Kawasan  perkotaan  yang  terbangun  memerlukan  adanya  dukungan prasarana  dan  sarana  yang  baik  yang  menjangkau  kepada  masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.
Kerugian yang ditimbulkan oleh genangan dan luapan air permukaan tidak hanya berakibat pada aspek kenyamanan lingkungan (terutama pada pasca banjir) atau terganggunya aktifitas kehidupan penduduk dan perkotaan secara umum, tetapi juga berpotensi menimbulkan penyakit bagi masyarakat.
Masalah genangan dan luapan yang terjadi di sebelah utara dari jalan hayamwuruk kota Jambi Kelurahan Jelutung dan sekitarnya lebih didominasi oleh faktor penyebab yang alamiah, meskipun demikian kontribusi aktifitas masyarakat juga ikut mempengaruhi seperti adanya kegiatan pemukiman, pembuangan sampah yang bermuara didalam saluran drainase dan lain-lain.
Selain itu, genangan dan luapan juga bisa disebabkan belum terciptanya sistem irigasi yang tertata dengan baik atau desain drainase yang ada dan yang tidak lagi sesuai dengan kondisi dan potensi luapan dan genangan yang terjadi (volume air genangan dan luapan sudah lebih besar dibandingkan dengan kapasitas saluran drainase).
Permasalahan Drainase Perkotaan yaitu banjir. Banjir merupakan kata yang sangat popular di kota-kota besar, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir.
Peristiwa banjir hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai sekarang belum terselesaikan bahkan cenderung meningkat, baik frekuensinya, kedalamannya maupun durasinya.
Masalah-masalah tersebut diatas memerlukan pemecahan pengelolaan yang diantaranya mencakup bagaimana merencanakan suatu  sistem  drainase yang baik, membuat perencanaan terinci. melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan terkait, dan membina partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan masalah drainase.
Dikarenakan permasalahan yang cukup komplek maka itulah penulis mengambil judul: RENCANA DRAINASE DAERAH JELUTUNG KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI.


1.4    RUMUSAN MASALAH
Dalam Penulisan tugas akhir ini permasalahan dibatasi  berdasarkan data yang diperoleh  sebagaimana  hal dibawah ini :
  1. Berapakah hujan maksimal rencana yang terjadi?
  2. Berapakah debit maksimal rencana yang terjadi?
  3. Berapakah kapasitas saluran yang di rencanakan?

1.3    TUJUAN
Tujuan dari penulis tentang kajian rencana drainase ini adalah :
      1. Menentukan hujan rencana
      2. Menentukan debit banjir rencana
      3. Menentukan dimensi saluran drainase  



BAB II
PEMBAHASAN


2.1     RENCANA TIDAK PENGENDALIAN BANJIR

2.1.1  Sistem Drainase Kota 
          Menurut Sinulingga (1999­) sistem drainase kota sering disebut sistem tulang daun, yaitu terdiri dari saluran utama (sungai atau kanal) sebagai saluran pembawa air hujan ke laut, saluran pengumpul dan saluran lokal. Jenis-jenisnya hampir serupa dengan jaringan jalan.
Saluran utama terdiri dari sungai-sungai yang melewati kota, dan apabila tidak ada sungai atau jumlah tidak mencukupi maka harus dibuat kanal buatan yang biasanya hampir menyerupai sungai untuk membawa air hujan itu kelaut, saluran utama fungsi melayani hampir seluruh bagian wilayah kota sehingga kekurangan pada saluran ini akan berdampak sangat luas dari bagian wilayah kota.
Selanjutnya saluran yang membawa air menuju sungai (saluran utama) dinamakan saluran pengumpul,yang biasa terdiri dari anak sungai atau saluran buatan yang dapat terbuka dan tertutup.Saluran pengumpul ini melayani lingkungan.pemukiman dan diameternya dapat besar sekali. tergantungluasnya kota.
Terkadang saluran pengumpul ini di bagi dua macam yaitu saluran pengumpul besar yang langsung menuju sungai dan saluran pengumpul kecil yang mengalirkan airnya menuju pengumpul yang besar. Saluran yang melayani lingkungan permukiman pada tiap polder. Yang dimaksud dengan polder adalah   saluran lokal yang dapat berbentuk saluran terbuka dan tertutup agar tidak menggangu aktipitas manusia yang sangat pesat.
Untuk merencanakan dimensi saluran drainase masing-masing sistem memerlukan debit rencana banjir yang akan terjadi, karakteristik daerah aliran dan koefisien aliran permukaan.

2.2.2   Analisa curah hujan
Hujan terjadi karena adanya perpindahan massa air basah ketempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda tingginya.
Menurut Suripin (2004) karakteristik hujan termasuk paling penting untuk diketahui dalam analisis dan perencanaan hydrologi meliputi itensitas hujan yang biasanya dinyatakan dalam mm / jam. Jumlah hujan dalam satuan waktu misalnya harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Demikian juga distribusi hujan dalam ruangan dan waktu memerlukan hal penting yang perlu dipahami.
Perhitungan dan hujan maksimum harian rata-rata DAS harus dilakukan secara benar untuk analisis frekwensi data hujan. Dalam praktek sering kita jumpai perhitungan yang kurang pas, yaitu dengan mencari hujan maksimum dalam setiap pos hujan selama satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS, cara ini tidak logis karena rata-rata hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan yang terjadi pada hari yang berlainan.

2.2.3    Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah derasnya hujan yang jatuh pada luas daerah tadah hujan tertentu yang juga merupakan laju rata-rata yang lamanya sesuai dengan besarnya waktu kosentrasi dan frekwensi kejadiannya. Ukuran deras hujan jatuh adalah akumulasi tinggi hujan pada jangka waktu (menit) tertentu yang dinyatakan dalam satuan mm / menit.
Ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu periode waktu dimana air hujan tersebut berkonsentrasi, mencapai ketinggian maksimum kemudian menurun Besarnya ketinggian hujan tersebut diperoleh berdasarkan periode ulang tertentu dengan hasil curah hujan harian maksimum.dengan merubah curah hujan harian maksimum.


2.2         PERENCANAAN SALURAN DRAINASE 

2.2.1   Debit Rencana 
Langkah Pertama yang dilakukan adalah mendapatkan volume air hujan, dan informasi tentang kondisi tanah serta perkiraan kemungkinan pengembangan yang akan datang. Aliran air hujan ini akan tergantung kepada Intensitas hujan, jenis tanah,permukaan tanah dimana air hujan akan lewat, kemiringan tanah, besarnya kelembaban tanah, dan besarnya wilayah tangkapan.


2.2.2   Koefesien Penalgiran
Koefesien Pengaliran merupakan nilai banding antara bagian hujan yang berbentuk limpasan langsung dengan hujan lokal yang terjadi.Besarnya ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. Pemilihan koefesien pengaliran harus memperhatikan kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan di kemudian hari.


2.2.3   Kemiringan Dinding Saluran
Kemiringan dasar saluran adalah kemiringan dasar saluran arah memanjang dimana umumnya dipengaruhi oleh kondisi topografi serta tinggi tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
Kemiringan Dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0,005-0,008 tergantung pada bahan saluran yang digunakan.

2.2.4    Kecepatan Aliran  
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terkecil yang tidak menimbulkan pengendapan dan tidak merangsangnya pertumbuhan tanaman.
Pada umumnya dalam praktek, kecepatan sebesar 0,60-0,90 m/det. dapat digunakan dengan aman apabila  lumpur yang ada di air cukup kecil. Kecepatan 0.75 m/det bisa mencegah tumbuhnya tanaman dan memperkecil daya angkut saluran.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.Saluran utama terdiri dari sungai-sungai yang melewati kota, dan apabila tidak ada sungai atau jumlah tidak mencukupi maka harus dibuat kanal buatan yang biasanya hampir menyerupai sungai untuk membawa air hujan itu kelaut, saluran utama fungsi melayani hampir seluruh bagian wilayah kota sehingga kekurangan pada saluran ini akan berdampak sangat luas dari bagian wilayah kota.
2. Dalam praktek sering kita jumpai perhitungan yang kurang pas, yaitu dengan mencari hujan maksimum dalam setiap pos hujan selama satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS, cara ini tidak logis karena rata-rata hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan yang terjadi pada hari yang berlainan.
3. Ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu periode waktu dimana air hujan tersebut berkonsentrasi,
4.Kemiringan Dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0,005-0,008 tergantung pada bahan saluran yang digunakan.
5. Pada umumnya dalam praktek, kecepatan sebesar 0,60-0,90 m/det. dapat digunakan dengan aman apabila  lumpur yang ada di air cukup kecil. Kecepatan 0.75 m/det bisa mencegah tumbuhnya tanaman dan memperkecil daya angkut saluran. 
3.2 SARAN
Setelah penulisan menyelesaikan laporan penulisan maka penulis menyampaikan saran antara lain:
1. Sebelum merencanakan saluran drainase data topografi, hidrologi dan kalimatologi harus benar lengkap     dan terbaru.
2. Dalam suatu perencanaan dal hal ini perencanaan saluran drainase kita harus teliti dalam perhitungan termasuk penentuan kemiringan dan dimensi saluran.
3. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal diharapkan kontraktor betul melakukan pekerjaan sesuai rencana.
4. Pemberian sanksi yang tegas bagi kontraktor yang melakukan pelanggaran misalnya keterlambatan dalam melaksanakan pekerjaan diluar rencana.
 
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : https://alhiedjamal.wordpress.com/2016/09/14/27/
http://eprints.polsri.ac.id/1243/6/BAB%205%20.pdf