Dalam
tugas penulisan dan presentasi saya mengambil topik penulisan tentang
RENCANA DRAINASE DAERAH JELUTUNG KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI.
BAB I
1.2 LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk
yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan
lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan
jasa/industry yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun.
Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan
adanya dukungan prasarana dan sarana yang
baik yang menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan
menengah dan rendah.
Kerugian yang ditimbulkan oleh genangan
dan luapan air permukaan tidak hanya berakibat pada aspek kenyamanan lingkungan
(terutama pada pasca banjir) atau terganggunya aktifitas kehidupan penduduk dan
perkotaan secara umum, tetapi juga berpotensi menimbulkan penyakit bagi
masyarakat.
Masalah genangan dan luapan yang
terjadi di sebelah utara dari jalan hayamwuruk kota Jambi Kelurahan Jelutung
dan sekitarnya lebih didominasi oleh faktor penyebab yang alamiah, meskipun
demikian kontribusi aktifitas masyarakat juga ikut mempengaruhi seperti adanya
kegiatan pemukiman, pembuangan sampah yang bermuara didalam saluran drainase
dan lain-lain.
Selain itu, genangan dan luapan juga
bisa disebabkan belum terciptanya sistem irigasi yang tertata dengan baik atau
desain drainase yang ada dan yang tidak lagi sesuai dengan kondisi dan potensi
luapan dan genangan yang terjadi (volume air genangan dan luapan sudah lebih
besar dibandingkan dengan kapasitas saluran drainase).
Permasalahan Drainase Perkotaan
yaitu banjir. Banjir merupakan kata yang sangat popular di kota-kota besar,
khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami
bencana banjir.
Peristiwa banjir hampir setiap tahun
berulang, namun permasalahan ini sampai sekarang belum terselesaikan bahkan
cenderung meningkat, baik frekuensinya, kedalamannya maupun durasinya.
Masalah-masalah tersebut diatas
memerlukan pemecahan pengelolaan yang diantaranya mencakup bagaimana
merencanakan suatu sistem drainase yang baik, membuat perencanaan
terinci. melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan terkait, dan membina
partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan masalah drainase.
Dikarenakan permasalahan yang cukup
komplek maka itulah penulis mengambil judul: RENCANA DRAINASE DAERAH JELUTUNG
KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI.
1.4 RUMUSAN MASALAH
Dalam Penulisan tugas akhir ini
permasalahan dibatasi berdasarkan data yang diperoleh
sebagaimana hal dibawah ini :
- Berapakah hujan maksimal rencana yang terjadi?
- Berapakah debit maksimal rencana yang terjadi?
- Berapakah kapasitas saluran yang di rencanakan?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulis tentang kajian rencana drainase ini adalah :
1. Menentukan hujan rencana
2. Menentukan debit banjir rencana
3. Menentukan dimensi saluran drainase
1. Menentukan hujan rencana
2. Menentukan debit banjir rencana
3. Menentukan dimensi saluran drainase
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RENCANA TIDAK PENGENDALIAN BANJIR
2.1.1 Sistem Drainase Kota
2.1.1 Sistem Drainase Kota
Menurut Sinulingga (1999) sistem
drainase kota sering disebut sistem tulang daun, yaitu terdiri dari saluran
utama (sungai atau kanal) sebagai saluran pembawa air hujan ke laut, saluran
pengumpul dan saluran lokal. Jenis-jenisnya hampir serupa dengan jaringan
jalan.
Saluran utama terdiri dari
sungai-sungai yang melewati kota, dan apabila tidak ada sungai atau jumlah
tidak mencukupi maka harus dibuat kanal buatan yang biasanya hampir menyerupai
sungai untuk membawa air hujan itu kelaut, saluran utama fungsi melayani hampir
seluruh bagian wilayah kota sehingga kekurangan pada saluran ini akan berdampak
sangat luas dari bagian wilayah kota.
Selanjutnya saluran yang membawa air
menuju sungai (saluran utama) dinamakan saluran pengumpul,yang biasa terdiri
dari anak sungai atau saluran buatan yang dapat terbuka dan tertutup.Saluran
pengumpul ini melayani lingkungan.pemukiman dan diameternya dapat besar sekali.
tergantungluasnya kota.
Terkadang saluran pengumpul ini di
bagi dua macam yaitu saluran pengumpul besar yang langsung menuju sungai dan
saluran pengumpul kecil yang mengalirkan airnya menuju pengumpul yang besar.
Saluran yang melayani lingkungan permukiman pada tiap polder. Yang dimaksud
dengan polder adalah saluran lokal yang dapat berbentuk saluran
terbuka dan tertutup agar tidak menggangu aktipitas manusia yang sangat pesat.
Untuk merencanakan dimensi saluran
drainase masing-masing sistem memerlukan debit rencana banjir yang akan
terjadi, karakteristik daerah aliran dan koefisien aliran permukaan.
2.2.2 Analisa curah hujan
Hujan terjadi karena adanya
perpindahan massa air basah ketempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya
beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda tingginya.
Menurut Suripin (2004) karakteristik
hujan termasuk paling penting untuk diketahui dalam analisis dan perencanaan
hydrologi meliputi itensitas hujan yang biasanya dinyatakan dalam mm / jam. Jumlah
hujan dalam satuan waktu misalnya harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.
Demikian juga distribusi hujan dalam ruangan dan waktu memerlukan hal penting
yang perlu dipahami.
Perhitungan dan hujan maksimum
harian rata-rata DAS harus dilakukan secara benar untuk analisis frekwensi data
hujan. Dalam praktek sering kita jumpai perhitungan yang kurang pas, yaitu
dengan mencari hujan maksimum dalam setiap pos hujan selama satu tahun,
kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS, cara ini tidak logis karena
rata-rata hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan yang terjadi
pada hari yang berlainan.
2.2.3 Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah
derasnya hujan yang jatuh pada luas daerah tadah hujan tertentu yang juga
merupakan laju rata-rata yang lamanya sesuai dengan besarnya waktu kosentrasi
dan frekwensi kejadiannya. Ukuran deras hujan jatuh adalah akumulasi tinggi
hujan pada jangka waktu (menit) tertentu yang dinyatakan dalam satuan mm /
menit.
Ketinggian curah hujan yang terjadi
pada suatu periode waktu dimana air hujan tersebut berkonsentrasi, mencapai
ketinggian maksimum kemudian menurun Besarnya ketinggian hujan tersebut
diperoleh berdasarkan periode ulang tertentu dengan hasil curah hujan harian
maksimum.dengan merubah curah hujan harian maksimum.
2.2 PERENCANAAN SALURAN DRAINASE
2.2.1 Debit Rencana
Langkah Pertama yang dilakukan
adalah mendapatkan volume air hujan, dan informasi tentang kondisi tanah serta
perkiraan kemungkinan pengembangan yang akan datang. Aliran air hujan ini akan
tergantung kepada Intensitas hujan, jenis tanah,permukaan tanah dimana air
hujan akan lewat, kemiringan tanah, besarnya kelembaban tanah, dan besarnya
wilayah tangkapan.
2.2.2 Koefesien Penalgiran
Koefesien Pengaliran merupakan nilai
banding antara bagian hujan yang berbentuk limpasan langsung dengan hujan lokal
yang terjadi.Besarnya ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan,
jenis dan kondisi tanah. Pemilihan koefesien pengaliran harus memperhatikan
kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan di kemudian hari.
2.2.3 Kemiringan Dinding Saluran
Kemiringan dasar saluran adalah
kemiringan dasar saluran arah memanjang dimana umumnya dipengaruhi oleh kondisi
topografi serta tinggi tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai
dengan kecepatan yang diinginkan.
Kemiringan Dasar saluran maksimum yang
diperbolehkan adalah 0,005-0,008 tergantung pada bahan saluran yang digunakan.
2.2.4 Kecepatan Aliran
Kecepatan minimum yang diizinkan
adalah kecepatan terkecil yang tidak menimbulkan pengendapan dan tidak
merangsangnya pertumbuhan tanaman.
Pada umumnya dalam praktek,
kecepatan sebesar 0,60-0,90 m/det. dapat digunakan dengan aman apabila
lumpur yang ada di air cukup kecil. Kecepatan 0.75 m/det bisa mencegah
tumbuhnya tanaman dan memperkecil daya angkut saluran.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.Saluran utama terdiri dari
sungai-sungai yang melewati kota, dan apabila tidak ada sungai atau jumlah
tidak mencukupi maka harus dibuat kanal buatan yang biasanya hampir menyerupai
sungai untuk membawa air hujan itu kelaut, saluran utama fungsi melayani hampir
seluruh bagian wilayah kota sehingga kekurangan pada saluran ini akan berdampak
sangat luas dari bagian wilayah kota.
2. Dalam praktek sering kita jumpai perhitungan yang kurang pas, yaitu
dengan mencari hujan maksimum dalam setiap pos hujan selama satu tahun,
kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS, cara ini tidak logis karena
rata-rata hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan yang terjadi
pada hari yang berlainan.
3. Ketinggian curah hujan yang terjadi
pada suatu periode waktu dimana air hujan tersebut berkonsentrasi,
4.Kemiringan Dasar saluran maksimum yang
diperbolehkan adalah 0,005-0,008 tergantung pada bahan saluran yang digunakan.
5. Pada umumnya dalam praktek,
kecepatan sebesar 0,60-0,90 m/det. dapat digunakan dengan aman apabila
lumpur yang ada di air cukup kecil. Kecepatan 0.75 m/det bisa mencegah
tumbuhnya tanaman dan memperkecil daya angkut saluran.
3.2 SARAN
Setelah penulisan menyelesaikan laporan penulisan maka penulis menyampaikan saran antara lain:
1. Sebelum merencanakan saluran drainase data topografi, hidrologi dan kalimatologi harus benar lengkap dan terbaru.
2. Dalam suatu perencanaan dal hal ini perencanaan saluran drainase kita harus teliti dalam perhitungan termasuk penentuan kemiringan dan dimensi saluran.
3. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal diharapkan kontraktor betul melakukan pekerjaan sesuai rencana.
4. Pemberian sanksi yang tegas bagi kontraktor yang melakukan pelanggaran misalnya keterlambatan dalam melaksanakan pekerjaan diluar rencana.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
: https://alhiedjamal.wordpress.com/2016/09/14/27/
http://eprints.polsri.ac.id/1243/6/BAB%205%20.pdf
http://eprints.polsri.ac.id/1243/6/BAB%205%20.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar